Rabu, 11 September 2013

Jalur Pendakian Gunung Ciremai




        Gunung Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat ( 3.078 Mdpl ), dapat terlihat dengan jelas oleh para penumpang kereta api atau kendaraan umum lainnya sepanjang jalur pantura sekitar Cirebon. Untuk menuju puncak Ciremei terdapat tiga jalur yang dapat ditempuh yakni jalur Majalengka, jalur Palutungan dan, jalur Linggarjati. Jalur Linggarjati merupakan yang paling terjal dan terberat, namun jalur ini merupakan yang paling sering dilalui pendaki.

Transportasi

Jalur Apuy

        Dari pintu tol Palimanan, naik colt kecil sampe perempatan Palimanan . Selanjutnya naik angkot ke Terminal Kadipaten, dilanjutkan lagi ke perempatan Pasar lanjut lagi menuju terminal Maja Terminal Maja cukup ramai karena menyatu dengan pasar kecil. Pickup sayur ke Apuy udah ada sejak pk.05.00 pagi,
        Meninggalkan Maja dengan pickup melewati bentangan lahan pertanian berkabut diselingi perkampungan kecil nan menawan. Di penghujung perjalanan, pickup melewati lorong perkampungan yang padat dan menanjak. Pick up sampai di depan papan petunjuk ke Curug Muara Raya + 600 m di sini terdapat sebuah mesjid. Mesjid berseberangan dengan Balai Desa, di antaranya terdapat pohon besar ditempeli papan penunjuk ke puncak Ciremai dan ke Curug. Di belakang mesjid terdapat MCK, masuk dari sisi kanan masjid. Sejajar sebelum balai desa terdapat warung makanan & minuman.

        Perjalanan menuju Pos 1 melewati perkampungan dan lading-ladang sayuran. Jalan menuju Pos 1 beraspal dan bias dilewati mobil bak. Untuk menghemat tenaga bias mencarter mobil pickup hingga ke Pos 1 Blok Arban. Kalo pagi sebelum pk 07.00, pendaki bisa carter 4x4 Rp.50.000-70.000, tapi kalo di atas pk 07.00 tinggal pickup yang biaya carternya Rp.100.000.

Jalur Palutungan

        Jalur Palutungan tidak seterjal jalur linggajati, namun waktu tempuh yang diperlukan menjadi lebih panjang. Palutungan merupakan sebuah kampung terakhir yang berada di lereng selatan gunung Ciremei dan berada pada ketinggian 1100 mdpl.Palutungan tepatnya berada di wilayah Desa Cisantana, Kec. Cigugur, Kab. Kuningan.

        Dari terminal bus kota Kuningan naik angkutan pedesaan langsung ke jurusan Desa Palutungan. Dari Cirebon pendaki dapat menggunakan angkutan umum jurusan Cikijing dan turun di pertigaan Cigugur. Dari pertigaan Cigugur, perjalanan dilanjutkan menuju Cisantana melalui jalanan yang menanjak dan berbatu ditempuh selitar 1 jam, dengan melewati perkebunan penduduk. Dari Cisantana, perjalanan dilanjutkan kembali dengan naik angkutan sayur menuju Palutungan yang memakan waktu 20 menit.

        Setelah mengurus perizinan untuk mendaki, perjalanan dapat dimulai melalui kebun penduduk, lalu belok ke kanan memasuki hutan tropis dengan jalur agak landai. Kadangkala harus melalui semak-semak tinggi. Untuk sampai di Cigowong membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan.

Jalur Linggajati

        Desa Linggajati 14 km dari kota Kuningan atau 24 km dari kota Cirebon. Dari Jakarta dapat ditempuh menggunakan bus jurusan Kuningan atau kereta api jurusan Cirebon yang disambung dengan bus atau kendaraan umum jurusan Cirebon - Kuningan. Dari pertigaan Linggajati berjalan kaki sekitar 2,5 km menuju Musium Linggajati yang dulunya adalah sebuah hotel bersejarah yang menjadi saksi bisu tempat Bung Karno dengan pemerintah kolonial Belanda melakukan penandatanganan Perjanjian Ling garjati.

        Terdapat pula Taman Linggajati Indah, Taman seluas 11 hektar ini dilengkapi berbagai sarana rekreasi, antara lain kolam renang dan sumber mata air Cibulakan, Silinggonom, Balong Renteng, Rekreasi air dan kolam pancing, Tempat istirahat, Cottage, Villa, Hutan wisata, Bumi perkemahan dll. Pos penjagaan berjarak lebih kurang 500 m dari Musium Linggajati, kita perlu mendaftarkan diri serta membayar asuransi per orang Rp.5.000,- .

        Siapkan bekal Anda terutama air karena susah sekali memperoleh air selama di perjalanan. Para pendaki dapat menggunakan jasa penduduk atau petugas penjaga pos untuk membimbing perjalanan mereka ke puncak. Jalur menuju puncak sangat jelas dan banyak tanda-tanda penunjuk jalan, sehingga pendaki yang baru pertama kalipun tidak akan tersesat.

Peta tiga jalur pendakian gunung ciremai via Apuy. Palutungan, dan Linggajati.



Pendakian Jalur Apuy

        Selepas ladang udara menjadi sejuk karena vegetasi cukup tinggi menanungi jalur. Humus daun-daun kering basah berwarna kecoklatan bergerisik di sepanjang jalur setapak. Bau tanah basah, daun-daun segar dan kehangatan cercah matahari mengintip dari balik pucuk-pucuk pohon, ditingkah desah nafas kami mengatur langkah. Satu dua kali terdapat percabangan pencari kayu, tetapi jalur utama tampak jelas. Orientasi kiri dan tentu saja tetap di punggungan. Perjalanan relatif santai dengan medan tidak terlalu terjal dan sesekali memberi sedikit bonus (agak datar). Kicauan burung yang menyejukkan hati mengiringi sepanjang langkah kami. Pos Simpang Lima (1908 mdpl) berupa dataran cukup untuk 2-3 tenda kapasitas 4 orang.

        Dari Pos 2 (Simpang Lima) menuju Pos 3 (Tegal Wasawa) memerlukan waktu tempuh sekitar 1 jam. Jalur semakin terjal, hutan makin tertutup dan bonus menjadi langka. Cercah mentari perlahan meredup dan udara menjadi semakin sejuk. Sekitar 100 m menjelang pos III, terdapat simpang tiga yang cukup jelas, pertemuan jalur baru dan jalur lama. Jalur di sisi kanan merupakan jalur lama dari pos I yang melewati situ (danau) dan kuburan dengan track agak melambung. Kami mengambil jalur kiri menuju ke pos III. Pos III (Tegal Wasawa) 2.400 mdpl) berupa dataran cukup untuk 1 tenda kapasitas 4.

        Dari Pos 3 Tegal Wasawa menuju Pos 4 Tegal Jamuju (2.600 mdpl) waktu yang ditempuh relatip cukup pendek sekitar 35 menit. Medan berupa tanah yang cukup padat melintasi hutan yang cukup lebat dan rindang. Sesekali kita melintasi akar-akar pohon.

        Dari Pos 4 (Tegal Jamuju) menuju Pos 5 Sanghiang Rangkah (2.800 mdpl) waktu tempuh sekitar 1 jam 20 menit. Perjalanan menuju Pos 5 cukup panjang dan terjal. Pos V merupakan pertemuan jalur Apuy dan Palutungan, di sebelah kanan terdapat papan penunjuk jalur. Palutungan menuju Sanghiang Ropoh, Pos VII jalur Palutungan. Di sisi jalur menurun ke bawah, terdapat sungai kering. Beberapa bagian jalur sungai tsb. terdapat ceruk dengan genangan air.

        Pos 5 Sanghiang Rangkah menuju Pos 6 Goa Walet yang berada diketinggian 2.950 m dpl perlu waktu tempuh sekitar 2 jam. Jalur berbatu menganak sungai membuat perjalanan melambat. Di tengah jalur batu, terdapat sebatang pohon yang ditempel papan penunjuk ke puncak dan turun ke arah Palutungan.

        Pos 6 Goa Walet menuju Puncak Ciremei sudah dekat hanya perlu waktu 35 menit.

Puncak Ciremei dari sisi Selatan terdapat tugu penanda puncak tertinggi gunung Ciremei.

Pendakian Jalur Palutugan

        Pos I Cigowong terletak di ketinggian 1450 mdpl. Di sini terdapat sungai kecil sehingga pendaki dapat menyiapkan persediaan air sebanyak mungkin karena tidak akan ditemui lagi sumber air hingga puncak.
Selepas Cigowong lintasan masih landai memasuki hutan dan melewati Blok Kta yang berada di ketinggian 1.690 mdpl, dan akan sampai di Blok Pangguyangan Badak. Paguyangan Badak merupakan area yang berada di ketinggian 1.790mdpl. Daerah ini terdapat puing-puing bangunan tua.

        Untuk sampai di Blok Arban perlu waktu sekitar 30 menit dengan lintasan yang mulai menanjak. Blok Arban diketinggian (2.030 mdpl) merupakan pos III dengan area yang cukup datar dan teduh.

        Lintasan mulai menanjak dan sekitar 2,5 jam akan sampai di Tanjakan Asoy (2.108mdpl) yang merupakan pos IV. Tempat ini berupa tanah datar berukuran yg cukup luas. Selepas dari sini lintasan semakin menanjak dalam waktu 1 jam akan sampai di Blok Pesanggrahan (2.450mdpl) .

        Selepas dari pos V (pasangrahan) pendaki mulai memasuki kawasan vegetasi yang ditumbuhi cantigi dan edelweiss sampai di Bolk SangHyang Ropoh (2.590 mdpl). Lintasan ini sangat licin jika hujan turun. SangHyang Ropoh (Pos VI) terletak di daerah yang datar dan terbuka.

        Selepas pos VI lintasan masih curam dan licin, dengan tanah berwama kuning mengandung belerang. Selanjutnya kita akan sampai di pertigaan yang menuju ke jalur Apuy dan ke Kawah Gua Walet. Pada sisi kanan lintasan terdapat Kawah Gua Walet (2.925 mdpl) yang sering digunakan untuk bermalam dan berlindung dari cuaca buruk. Di sebelah kiri, lintasan akan menyatu dengan jalur Apuy (Majalengka).

        Untuk sampai di puncak Ciremai (Puncak Sunan Cirebon) diperlukan waktu sekitar 1,5 jam. Sesampainya di puncak pendaki dapat menikmati indahnya pemandangan dua kawah kembar yang berdampingan. Untuk mengitari kawah ini diperlukan waktu kira-kira 3 jam. Selain itu, pendaki juga dapat menyaksikan ke arah barat indahnya kota Majalengka, ke arah utara panorama kota Cirebon dan Laut Jawa, serta dari kejauhan ke arah timur tampak Gunung Slamet yang tertutup awan. Di pagi hari pada bulan-bulan tertentu sunrise akan muncul tepat dari puncak gunung Slamet.

Pendakian Jalur Linggajati

        Selepas dari Pos Pendaftaran dengan melintasi jalanan beraspal pendaki memasuki kawasan hutan Pinus dan persawahan hingga Cibeunar yang berada di ketinggian 750 mdpl. Tempat ini sangat ramai dengan para pendaki yang ingin mengadakan pendakian maupun renaja yang sekedar camping. juga terdapat sumber air yang cukup melimpah, yang tidak akan ditemui lagi sepanjang perjalanan sampai di puncak.

        Selepas Cibeunar lintasan akan melewati ladang penduduk dan kawasan hutan pinus hingga memasuki Leuweng Datar di ketinggian 1.285 mdpl. Leuweng Datar terletak di tengah-tengah hutan tropis. Selepas daerah ini lintasan mulai menanjak dan melewati area yang cukup datar sebagai camp yakni Sigedang dan Kondang Amis (1.350mdpl).

        Untuk sampai di Kuburan Kuda diperlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Blok Kuburan Kuda berada pada ketinggian 1.580 mdpl, merupakan lapangan datar yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat perkemahan. Daerah ini dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Di dekat jalur terdapt kuburan kuda.

        Selepas Kuburan Kuda, jalur semakin curam dan kita akan sampai di Pengalap (1.790 mdpl).Dengan sudut lintasan yang mulai membesar kita akan melewati Tanjakan Bin-Bin (1.920 mdpl) dan semakin menanjak lagi ketika melewati Tanjakan Seruni.

        Tanjakan Seruni (2.080 mdpl) adalah lintasan yang terberat dan melelahkan dibanding yang lainnya. Bahkan pendaki akan menemui jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat, dan memaksanya berpegangan akar pepohonan untuk mencapai pos selanjutnya. Belum lagi bila hujan turun, jalur ini akan menjadi lintasan aliran air hujan seperti air terjun. Begitu juga dengan jalur berikutnya hingga sampai di Tanjakan Bapak Tere (2.200 mdpl)

        Selepas Tanjakan Bapatere lintasan tetap menanjak hingga sampai di Batu Lingga dengan waktu tempu sekitar 2,5 jam. Batu Lingga (2.400 mdpl) merupakan pos peristirahatan yang berupa tanah datar dan terdapat sebuah batu berukuran besar dahulunya tempat Wali songo bersolat dan berkotbah. Pos ini adalah tempat yang keramat, konon pawa Wali sering mengadakan pertemuan di tempat ini menurut kesaksian para pendaki kehadiran para wali ini ditandai dengan gumpalan cahaya yang terbang di tempat ini. Di tempat ini terdapat dua buah batu nisan.

        Meninggalkan kawasan Batu Lingga lintasan tetap menanjak. Di tengah perjalanan pendaki akan menemui dua pos peristirahatan berupa tanah datar yakni Sangga Buana Bawah (2.545 mdpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 mdpl). Selepas itu pendaki akan memasuki batas vegetasi antara hutan dengan daerah terbuka.

        Untuk sampai di Pangasinan. Pangasinan berada pada ketinggian (2.860 mdpl) merupakan pos terakhir. tempatnya lebar sehingga cukup untuk membuka belasan tenda, meskipun lokasinya agak berbukit-bukit. Kabut dan hujan yang sering muncul dipuncak meskipun di musim kemarau menyisakan genangan air di celah-celah bebatuan sehingga bisa dimanfaatkan untuk minum dan memasak.

        Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk merangkak melewati bebatuan cadas untuk sampai di puncak. Hujan deras sering muncul di puncak sehingga aliran air terkucur dari atas membasahi para pendaki. Di puncak pendaki bisa memandang melihat kota Cirebon dan laut Jawa, kapal-kapal besar nampak dikejauhan. Kearah Timur tampak gunung Slamet dengan puncaknya yang tertutup awan.

        Puncak gunung Ciremei memiliki kawah yang sangat curam dan sangat indah, pendaki yang nekad sering turun ke kawah untuk membuat tulisan di atas lumpur kawah. Pejiarah sering datang untuk berdoa dipuncak ini. Mereka mendaki dengan berpuasa dan makan bekal nasi bungkus setelah tiba di puncak. Bandingkan pejiarah dengan para pendaki gunung yang setiap saat makan dan minum saja kadang masih juga tidak sampai puncak.

        Banyak sekali pendaki yang hanya berkemah di pertengahan pos dan tidak sanggup meneruskan perjalanan ke puncak, karena medan yang berat dan susahnya air, dan kembali turun, untuk itu persiapkan bekal yang berlebih dan bawalah tenda. Karena kemungkinan besar perjalanan akan tertunda, sehingga harus bermalam.

Sabtu, 7 September 2013

Misteri Gunung Ciremai

        Satu lagi pendaki Gunung Ciremai jadi tumbal. Nurdiyanto, pelajar SMP 1 Jatibarang, Indramayu tewas di puncak Ciremai. Ia tewas setelah dihantam badai di ketinggian 2.400 di atas permukaan laut. Seperti apa keangkeran Gunung Ciremai?


        PARA remaja yang mendaki Gunung Ciremai ini merupakan alumni SMP 1 Jatibarang, Indramayu. Mereka mendaki gunung dalam rangka reuni. Empat orang di antara mereka saat ini bersekolah di SMK 1 Jatibarang dan lima lainnya bersekolah di SMA Sliyeg, Indramayu. Kesembilan pendaki ini mulai mendaki Gunung Ciremai Selasa (26/6/2007) siang.

        Rabu (27/6/2007) dinihari, mereka sampai di puncak gunung. Rabu sore mereka turun dari puncak. Saat turun dari puncak, Nurdiyanto, siswa SMK 1 Jatibarang, tiba-tiba mengalami sesak napas di Pos Cigorowong. Karena tidak kuat berjalan, Nurdiyanto ditandu temannya. Sampai di Pos Gua Lawet pukul 03.00 WIB, Kamis (28/6/2007), mereka berhenti, karena dihantam badai. Mereka berkemah menunggu badai reda. Begitu badai reda, mereka melanjutkan perjalanan. Pukul 07.00 WIB, mereka kaget ketika melihat Nurdiyanto tidak bernapas.

        Tragisnya, delapan rekannya tak kuat membawa pulang jenazahnya. Untuk mencapai pos perkampungan perlu 10 jam perjalanan. Mereka turun, sementara jenazah Nurdiyanto ditinggalkan. Pukul 17.00 WIB, Jumat (29/6/2007), 15 orang dari LSM AKAR dan KURPALA menuju Pos Gua Lawet. Tim SAR gabungan tersebut menemukan mayat Nurdiyanto sudah kaku dan dalam keadaan telentang.

Mistik Gunung Ciremai


        Gunung Ciremai yang berketinggian 3078 meter di atas permukaan laut memiliki banyak jenis tumbuhan. Mulai dari pohon pinus, pohon seruni, dan dan pohon kopi. Jenis margasatwa pun banyak berkeliaran. Dari sekian banyak tumbuhan dan jenis burung ada beberapa hewan yang dipercaya mempunyai kekuatan mistik. Mendekati puncak, banyak beterbangan ayam alas dengan bulunya yang bersih mengkilat. Gunung Ciremai identik dengan Sunan Gunung Jati, salah satu Walisongo, penyebar Islam di Jawa Barat.

        Sekitar tahun 1521-1530, Sunan Gunung Jati diyakini bertapa di puncak Ciremai. Ketika itu, bangsa Portugis begitu kuat menekan para ulama, pejuang, dan rakyat kecil. Menjelang peperangan, Sunan Gunung Jati naik ke puncak Ciremai bertapa, menyendiri dan bermunajad kepada Tuhan. Tempat tapa dan pertemuan para wali itu bernama Batulingga dan diyakini oleh masyarakat Cirebon sebagai tempat ngalap berkah memberi manfaat dan membantu orang-orang yang dalam kesulitan.

Nyi Linggi dan Macan Tutul


        Satu misteri yang selalu menjadi perbincangan masyarakat sekitar Gunung Ciremai adalah misteri Nyi Linggi dan dua macan kumbang. Menurut Maman, salah satu juru kunci Ciremai, setelah Sunan Gunung Jati tidak bertapa di Batulingga, maka Nyi Linggi datang ke tempat tersebut menggantikan Sunan Gunung Jati.

        Namun kedatangan Nyi Linggi ke Batulingga tidak sendirian, ia ditemani oleh dua binatang kesayangannya yaitu macan kumbang. Kedatangan Nyi Linggi ke Batulingga ingin mendapatkan ilmu kedigdayaan. Tapi sayangnya Nyi Linggi gagal memperoleh ilmu yang diinginkan. Nyi Linggi meninggal dunia di Batulingga sementara dua temannya yaitu macan tutul hilang entah ke mana. Kabarnya masyarakat setempat menemukan mayat Nyi Linggi. Kejadian aneh sering terjadi di sekitar Batulingga, yaitu sosok Nyi Linggi dan dua macan tutul sering menampakkan diri.

Cikal Bakal Nenek Moyang


        Selain sebagai tempat bertapanya Sunan Gunung Jati, ternyata Gunung Ciremai sejak ribuan tahun silam telah dihuni oleh manusia purba. Masyarakat Kuningan dan sekitarnya terutama mereka yang hidup di kawasan kaki Gunung Ciremai merasa bangga. Mereka yakin bahwa asal-usul orang-orang Jawa Barat datangnya dari Gunung Ciremai. Keyakinan tentang hal ini diperkuat oleh ditemukannya beberapa benda bebatuan yang diyakini zaman Batu Besar. Umurnya sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi.

        Pada tahun 1972 ditemukan batu besar berbentuk peti mati. Penemuan itu mengandung makna bahwa di kaki Gunung Ciremai telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun Sebelum Masehi. Dipercaya pula bahwa arwah nenek moyang berkumpul dan sering menampakkan diri. Para ahli peneliti sepakat bila wilayah Kuningan Gunung Ciremai merupakan tempat bermukim manusia tua usia. Mereka memuja arwah nenek moyang untuk meminta berkah kesuburan tanah, kemakmuran, dan kesejahteraan.

Injak Bumi Hindari Hantu


        Maman (juru kunci Ciremai yang mengantar posmo ke puncak Ciremai) selalu menghentikan langkahnya dan mengucapkan Assalamualikum ketika memasuki pos. Menurut Maman, jika ingin selamat dan tidak diganggu oleh dedemit nakal injak bumi sebanyak tiga kali lalu ucapkan salam. Ini bermakna bahwa penghuni pos atau dedemit penguasa tidak merasa tersinggung oleh datangnya manusia. ‘’Di sini (Ciremai) banyak manusia jadi korban. Tidak hanya manusia yang mati, tapi juga kuda. Mereka tidak kuat melaksanakan tugas yang dibebankan penjajah Belanda, hingga menemui ajalnya,’’ kata Maman.

Misteri Jalak Hitam 


        Ketika perjalanan sudah mencapai Pengalap atau pos VI, berarti pendakian telah mencapai separuh. Dan harus berhati-hati jika sudah memasuki Pengalap atau pos VI. Pengalap berarti jemputan. Di pos Pengalap setiap pendaki akan didatangi dua binatang yang sampai sekarang masih misteri keberandaannya, yaitu Jalak Hitam dan Tawon Hitam.

             Maman yang mengaku naik ke puncak 3 kali setiap bulan, sampai sekarang mengaku belum tahu mengapa Jalak Hitam selalu mengiringi pendaki dari Pengalap ke Seruni. Dan, juga Tawon Hitam yang selalu datang mengganggu. Pengasinan berarti asin. Khusus bagi masyarakat Linggarjati bermakna bahwa siapa saja yang ingin mencapai puncaknya dengan cepat dan selamat sampai di rumah diharuskan membawa ikan asin.

Enam Belas Jam Menuju Puncak


        Gunung Ciremai diapit dua kabupaten yaitu Kuningan sebelah timur dan Majalengka sebelah barat. Untuk mencapai puncak Ciremai bisa melalui tiga jalur yaitu Linggarjati dari arah timur, Pelutungan dari arah selatan, dan Majalengka dari arah barat. Medan paling berat dan menguras tenaga dan juga sangat berbahaya adalah jalur dari sisi timur melewati Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Jarak tempuhnya kurang lebih 8 km, 90 persen jalannya terjal.

        Gunung Ciremai termasuk salah satu gunung paling berat di tanah Jawa. Masyarakat setempat dan juga para pendaki menyebutnya jalur maut. Untuk mencapai puncaknya butuh waktu sekitar 12 sampai 16 jam perjalanan. Tergantung kekuatan fisik pendaki. Gunung Ciremai memang tidak terlalu tinggi, hanya 3.078 mdpl. Namun start pendakian dimulai dari ketinggian sekitar 750 mdpl, maka perjalanan cukup panjang. Dengan demikian, sisa perjalanan menuju puncak Ciremai sekitar 2.350 meter garis vertikal atau sekitar 8 km melalui jalur. Perlu diketahuil, dari semua gunung yang ada di tanah Jawa hanya Gunung Ciremai-lah yang start pendakiannya dimulai dari ketinggian 750 mdpl. Jalur dakinya tidak ada jalan datar, 90 persen berjalur terjal dan sudut kemiringannya antara 70 sampai 80 derajat.

Pantangan di Gunung Ciremai


        Menurut juru kunci gunung, pantangan di Gunung Ciremai tidak boleh mengeluh, memegang lutut, kencing dan buang air besar sembarangan. Setiap memasuki pos diharuskan mengucapkan salam sebagai tanda minta izin masuk dan pertanda kesopanan. Menurut Maman, setiap pos yang jumlahnya 12 pos banyak dihuni dedemit. Ucapan salam tidak hanya ketika datang tapi juga saat meninggalkan gunung. hartono

Ahad, 28 Julai 2013

Kata-kata Mutiara Para Petualang Hebat

        Kalimat bijak para petualang dunia berikut ini lebih untuk memotivasi para petualang setelahnya. Apa yang kita lakukan adalah juga menganut motivasi dari orang lain selama motivasi itu baik dan benar. Tak ada salahnya kita jadikan acuan dalam berkegiatan, sehingga kegiatan petualangan yang kita lakukan tidak sekedar bersenang - senang untuk melepas penat dan bosan.

"Because it's there" ( karena ada ) -- George L Mallory, Pendaki Inggris.


George L. Mallory dan Andre Irvine

“It is not the mountain we conquer but ourselves.” ( Bukan gunung yang kita taklukkan, tetapi diri sendiri ) - Edmund Hillary dari Selandia Baru pendaki gunung Explorer Terkenal karena pertama kali yang berhasil mendaki Gunung Everest.


Edmund Hillary

"You don't have to be a fantastic hero to do certain things - to compete. You can be just an ordinary chap, sufficiently motivated to reach challenging goals." ( Tidak perlu menjadi pahlawan yang hebat untuk melakukan suatu hal, untuk bersaing anda hanya mendapat piala biasa. Cukuplah dengan motivasi untuk tujuan yang menantang ) -- Sir Edmund Hillary


"No mountain is worth even a finger or a toe to frostbite. Return home is real success. Summit is only bonus". ( Tidak ada gunung yang senilai jari tangan atau kaki. Rumahlah tempat kita kembali. Puncak hanyalah bonus ) --Alan Hinkes, Pemanjat tebing 8000 meter dari Inggris.


Alan Hinkes

“It was our preparation, knowledge and experience that kept us alive.” ( Ini adalah persiapan kami, pengetahuan dan pengalaman yang membuat kami hidup ) --Rachel Kelsey, pendaki Afrika Selatan kelahiran Inggris.



“There can be no happiness if the things we believe in are different from the things we do.” ( Tidak ada kebahagiaan, jika kepercayaan kita berbeda dengan yang kita lakukan ) --Freya Stark, pendaki Perancis pada yang hidup antara 1893 - 1993.


Freya Stark

Unusual travel suggestions are dancing lessons from God. ( Perjalanan yang tidak biasa, adalah menari di jalan Tuhan ) --Kurt Vonnegut, penulis Amerika.


Kurt Vonnegut

The mountains will always be there, the trick is to make sure you are too. ( Gunung - gunung akan selalu ada, ini untuk membuatmu yakin ) --Hervey Voge, pemanjat tebing.

Hervey Voge

You've climbed the highest mountain in the world. What's left ? It's all downhill from there. You've got to set your sights on something higher than Everest. ( Anda telah mendaki gunung tertinggi di dunia, apa yang tersisa? Semua menurun disana. Anda harus menetapkan pandangan anda pada gunung yang lebih tinggi dibanding Everest ) --Willi Unsoeld, pendaki Amerika pertama yang mencapai Everest.


Willi dan anaknya

"Near the foot of the mountain we visited a yogi who dwelled in a hollow tunneled beneath a boulder. He pondered our notion of climbing Shivling and said: "First travel, then struggle, finally calm." ( Didekat kaki gunung kami bertemu Yogi yang berdiam di sebuah lobang terowongan di bawah batu besar. Dia merenungkan kita mendaki Shivling dan berkata: Perjalanan pertama, kemudian berjuang, akhirnya tenang ) --Greg Child, pendaki, fotografer dan penulis dari Australia.


Greg Child

" - You guys going up ? - Yes, yes, we go up - You may be going a lot higher than you think!" ( Kalian naik? Ya kita naik. Anda mungkin akan jauh lebih tinggi dari yang anda pikirkan ) --Don Whillanspendaki Inggris.


Don Whillans

Cintai alam sepenuh hati agar bumi bernafas kembali

Khamis, 25 Julai 2013

Memilih Tenda Camping dengan baik



        Pernahkah Anda camping atau mendaki Gunung? Pernahkah Anda membawa dan mendirikan tenda di sana?. Pernahkah mengalami kesalahan membawa jenis tenda? Atau malah Anda tidak menyadari sepenuhnya adakah perbedaan. Berikut adalah informasi bagi Anda yang hendak menggunakan atau membeli tenda.

Tenda yang di jual di pasaran

        Tidak jarang juga pendaki gunung memakai Tenda Camping untuk di pakai di gunung yang tinggi dan banyak angin, jelas ini tidak cocok. Tidak semua tenda bisa cocok dipakai di gunung, karena di gunung ada banyak faktor yang harus kita perhatikan seperti suhu, angin, kelembaban dan juga hujan.
Tenda
Dewasa ini pada umumnya produsen perlengkapan camping / tenda membagi produknya kedalam beberapa kategori yang mengarah pada penggunaan tenda tersebut, mereka menyebutnya dengan “tenda tiga musim dan tenda empat musim” perbedaan dari kedua tipe tenda ini terletak pada bahan yang dipakai dan bentuk rangka tendanya.

  • Untuk tenda 3 musim lebih banyak menggunakan material mesh (jaring) pada bagian dalam tendanya dan rangka tendanya lebih simple ada yang satu frame, dua dan paling tiga frame.
  • Untuk tenda yang 4 musim atau dikenal juga dengan tenda ekpedisi materialnya lebih baik tidak jarang juga terbuat dari bahan yang breathable dan rangkanya jauh lebih kokoh dengan empat frame bahkan sampe 5 frame yaitu Tenda Dome.

        Sudah barang tentu tenda empat musim jauh lebih kokoh dari pada tenda tiga musim karena memang di rancang untuk situasi ekstrem hanya bobotnya lebih berat dari pada tenda tiga musim.Untuk pendakian gunung di Indonesia kedua type tenda diatas bisa saja dipakai, hanya terkadang untuk tenda tiga musim, Tenda Dome perlu diperhatikan lapisan dalamnya terkadang ada yang hampir semua nya terbuat dari mesh (jaring) namun jika rainfly-nya (flysheet) cukup menutupi hingga ke bawah tenda akan cukup membantu menahan angin. Namun jika rainfly-nya pendek sebaiknya jangan pilih tenda tersebut, karena angin dingin akan mudah menerobos kedalam tenda. Lain halnya dengan tenda untuk camping.

Teknologi Tenda Terbaru

        Tenda yang  bagus adalah tenda yang ringan karena dibawa untuk trekking atau mendaki gunung supaya tidak terlalu capek. Tiang penyangganya (frame) terbuat dari aluminium Easton, dan yang paling mutakhir terbuat dari aluminium DAC Featherlite yang jauh lebih ringan.
        Flysheet/canopynya terbuat dari nylon yang dilapis dengan Polyurethane begitu juga dengan lantainya. Yg paling mutakhir sekarang adalah yg terbuat dari silicone impregnated nylon yg jauh lebih ringan.
        Tenda yang baik harus breathable atau dapat dilalui udara jadi tidak perlu water proof. Kalau tidak breathable maka penghuninya akan merasa pengap dan sesak nafas apabila tenda ditutup rapat, dan kalau berkemah didaerah dingin / gunung maka akan terjadi kondensasi dari nafas kita sendiri sehingga didalam tenda terdapat banyak butir air seperti embun yang menempel pada dinding tenda.
        Agar tidak masuk air apabila kehujanan, Flysheet/canopy tenda yang harus water proof. Apabila dipasang diantara dinding tenda dan flysheet/canopy akan terdapat ruangan untuk sirkulasi udara sehingga kondensasi dari nafas kita dapat diminimalkan supaya bagian dalam tenda tidak mengembun. Jadi tenda yang baik terdiri dari dua bagian: tenda dan flysheet/canopy.
Jika Anda membeli tenda sebaiknya yang memiliki serambi yang fungsinya untuk meletakkan pelengkapan dan backpack sehingga tidak perlu disimpan didalam tenda walaupun hujan dan juga bisa dipakai untuk memasak. (Jangan masak didalam tenda, sangat berbahaya).
Tenda Camping konstruksinya lebih tinggi dari pada tenda mendaki gunung. Tenda mendaki gunung konstruksinya cenderung lebih rendah. Material tenda camping juga terkadang tidak sebagus tenda mendaki gunung. Jika anda sudah terlanjur membeli tenda untuk camping dan anda akan memakainya naik gunung ada baiknya ada mengikuti tips berikut ini

Mendirikan Tenda

Tips pentingnya adalah:
  • Gunakan tali yang kuat sebagai tali pengencangnya.
  • Tambahkan bagian-bagian yang perlu dipasang pasak tenda.
  • Bawahlah flysheet tambahan jika flysheet tenda anda tersebut terlalu pendek dan tidak sampai menutupi hingga kebawah tenda.
        Banyak kecenderungan diantara para pendaki gunung di Indonesia untuk mendirikan tenda didaerah yang terlindung untuk menghindari angin, pilihan seperti ini bagus juga akan tetapi sangat tidak dianjurkan jika banyak pohon disekitarnya karena resiko tertimpa pohon yang roboh oleh angin akan besar sekali. Saya pribadi lebih suka untuk mendirikan tenda di daerah yang terbuka dan bebas dari pohon-pohon, kalaupun harus ngumpet/sembunyi dari terpaan angin saya lebih memilih daerah perdu atau semak-semak.

Yang terpenting jika anda mendaki gunung dimusim banyak angin, persiapkanlah perlengkapan camping & tenda anda sebaik mungkin dan pasanglah dengan benar, jangan kendor. Karena memasang tenda dengan kendor akan dengan mudah dirobek oleh badai.